Pada masa pandemic Covid-19 yang berkepanjangan ini masyarakat dituntut untuk kreatif agar tetap terjaga kesehatan mental dan spiritual, jasmani dan rohaninya. Di daerah Patukan Ambarketawang Gamping mulai marak kegiatan sosial seperti halnya pengajian dan pertemuan dasawisma, Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Rukun Warga (RW), Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) padukuhan, pengajian.
Pada kegiatan ibu- ibu sering mengenakan pakaian seragam. Selama ini seragam di dapatkan dengan membeli dan bahan pun kurang baik untuk kesehatan karena tidak menyerap keringat. Hal ini disebabkan rerata kemampuan untuk membeli seragam kurang mampu jika membeli kain dengan bahan yang menyehatkan badan.
Bahan yang umum di jual adalah bahan dengan komposisi karet atau plastik tinggi, hal ini menyebabkan hambatan penguapan keringat sehingga bisa gatal, pertumbuhan bakteri dan aroma yang tidak sedap.
Oleh karena itu untuk meningkatkan kenyamanan dalam perpakain dan juga menghemat uang seragam maka sekiranya masyarakat bisa membuat seragam dari kain yang nyaman dan corak yang bisa dibuat sendiri bahkan dijual untuk meningkatkan ekonomi. Memilih kain yang baik yang polos lebih murah.
Namun pada umumnya ibu-ibu belum bisa melakukan membuat corak sendiri. Oleh karena itu, Dosen Program Studi Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yoni Astuti adakan pemberdayaan masyarakat dengan meningkatkan keterampilan membuat kain bercorak dengan pewarna ramah lingkungan.
Pemberdayaan ini dilakukan di Dusun Patukan, Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan pemberdayaan ini dilakukan untuk memberikan pelatihan membuat kain bermaterial yang menyehatkan badan dengan corak sendiri menggunakan bahan pewaran yang ramah lingkungan.