Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak dapat menghindari sampah, terutama jenis anorganik. Peningkatan sampah anorganik sejalan dengan konsumsi dan produksi modern. Ini menghasilkan tantangan serius bagi lingkungan, kesehatan manusia, dan ekosistem karena jumlah sampah anorganik yang sulit terurai semakin bertambah.
Namun, apakah detikers mengetahui apa yang dimaksud dengan sampah anorganik? Mari kita memahami karakteristik, jenis, dan perbedaannya dengan sampah organik.
Definisi Sampah Anorganik
Menurut penulis Andi Ibrahim Yunus dalam bukunya tentang Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik, sampah anorganik atau non-organik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan-bahan non-hayati yang tidak dapat diperbaharui dan bersumber dari alam.
Contoh sampah anorganik meliputi barang-barang berbahan logam atau produk olahan, plastik, kaca, kertas, keramik, dan detergen.
Jenis Sampah Anorganik
Menurut buku Implementasi SDGs Pada Pembelajaran Pendidikan Lingkungan karya Indriyani Rachman, PhD dan Dr Hj Rita Retnowati, sampah anorganik dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah anorganik lunak dan anorganik keras.
- Sampah Anorganik Lunak
Sampah jenis ini memiliki sifat lentur dan mudah dibentuk. Contohnya adalah sampah plastik, styrofoam, dan bungkus makanan cepat saji. Ada pula yang berwujud cair, seperti sisa air detergen, sabun, minyak goreng, dan sejenisnya. - Sampah Anorganik Keras
Sampah jenis ini dapat hancur dengan metode tertentu karena mengandung bahan yang kuat. Sampah ini hanya bisa dihancurkan melalui proses seperti pemanasan atau pembakaran. Contoh-contoh sampah ini adalah pecahan kaca, keramik, paku berkarat, dan kaleng bekas.
Langkah-langkah Pengelolaan Sampah Anorganik
Berdasarkan sumber yang sama, ada tiga tahap yang dapat diikuti saat mengelola sampah anorganik.
- Pencegahan dan Pengurangan: Ini melibatkan upaya untuk mencegah dan mengurangi sampah dari sumbernya, termasuk pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik.
- Penggunaan Ulang: Sampah anorganik dapat dimanfaatkan kembali dengan menggunakannya kembali. Sebagai contoh, produk daur ulang kertas atau kerajinan dari sampah plastik.
- Bank Sampah: Bank sampah dapat membantu mengurangi limbah anorganik dengan menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Ini memberikan peluang untuk menabung dan juga menjaga lingkungan dari dampak negatif sampah anorganik.
Perbedaan antara Sampah Anorganik dan Organik
Menurut informasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin Kalsel, perbedaan antara sampah anorganik dan organik dapat dilihat dari karakteristik berikut:
Sampah organik mudah terurai di alam (busuk), seperti sisa makanan, daun, dan ranting. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos. Tempat sampah organik biasanya berwarna hijau.
Sementara itu, sampah anorganik sulit terurai, seperti plastik, kaleng, dan styrofoam. Sampah ini dapat diolah menjadi kerajinan atau didaur ulang di pabrik. Tempat sampah anorganik biasanya berwarna kuning.
Baca Lainnya: Pahami Macam-Macam Polusi Udara dan Efeknya pada Kesehatan Tubuh